Bisnis Internasional Universitas Terbuka Diskusi Ke-7
PERTANYAAN
1. Menurut saudara masih relevan kah peran badan dunia seperti IMF dan World bank dalam membantu pertumbuhan perekonomian dunia?
2. Bagaimana peran IMF saat krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998?
JAWABAN
1. Menurut saya, peran Bank Dunia dan IMF dalam membantu pertumbuhan ekonomi
dunia masih cukup relevan.
Salah satu misi IMF adalah membantu negara-negara yang mengalami kesulitan
ekonomi yang serius, dan sebagai imbalannya, negara tersebut diwajibkan
melakukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya privatisasi badan usaha milik negara. Di saat
negara-negara anggota IMF kekeurangan dana dalam menjalankan perekonomiannya,
atau bisa disebut juga dengan krisis keuanagan. Maka IMF lah yang
membantunya dengan cara memeberikan bantuan dana untuk menstabilakan
perekonomian negara-negara yang tergabung dalam anggota IMF. Dengan tujuan IMF
ialah membantu negara yang bermasalah dengan perekonomiananya agar bisa stabil
kembali.
Sementara itu, World Bank merupakan sumber bantuan
pembangunan terbesar di dunia dan menyediakan dana pinjaman hampir US$16 miliar
setahun untuk negara-negara kliennya. Sebagian terbesar kredit atau pinjaman
diberikan kepada kelompok negara berkembang (Ball, et al, 2004).
Dari kedua pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa Bank Dunia sangat besar perannya dalam membantu pertumbuhan dan membantu
menstabilkan ekonomi dunia, khususnya perkembangan negara berkembang.
2. Pada krisis tahun 1998 di Indonesia, IMF
melaksanakan strategi pemulihan yang dalam garis besarnya adalah mengembalikan
kepercayaan pada mata uang, yaitu dengan membuat mata uang itu sendiri menarik.
Inti dari setiap program pemulihan
ekonomi adalah restrukturisasi sektor finansial.
(Fischer 1998b). Sementara itu pemerintah Indonesia telah
enam kali memperbaharui persetujuannya dengan
IMF, Second
Supplementary Memorandum of Economic and Financial
Policies (MEFP) tanggal 24 Juni, kemudian 29 Juli 1998, dan
yang terakhir adalah review yang keempat, tanggal 16
Maret 1999.
Program bantuan IMF pertama
ditanda-tangani pada tanggal 31 Oktober 1997.
Program reformasi ekonomi yang disarankan IMF ini mencakup empat bidang:
1. Penyehatan sektor keuangan;
2. Kebijakan fiskal;
3. Kebijakan moneter;
4. Penyesuaian struktural.
Untuk menunjang program ini, IMF akan
mengalokasikan stand-by credit sekitar US$ 11,3 milyar selama tiga hingga
lima tahun masa program. Sejumlah US$ 3,04 milyar dicairkan
segera, jumlah yang sama disediakan setelah 15 Maret
1998 bila program penyehatannya telah dijalankan sesuai
persetujuan, dan sisanya akan dicairkan
secara bertahap sesuai
kemajuan dalam pelaksanaan
program. Dari jumlah total pinjaman
tersebut, Indonesia sendiri mempunyai kuota di IMF sebesar US$ 2,07
milyar yang bisa dimanfaatkan. (IMF,
1997: 1). Di samping dana bantuan IMF, Bank Dunia, Bank
Pembangunan Asia dan negara- negara sahabat juga menjanjikan pemberian bantuan
yang nilai totalnya mencapai lebih 10 Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan, Maret 1999
kurang US$ 37 milyar (menurut Hartcher dan Ryan). Namun
bantuan dari pihak lain ini dikaitkan dengan kesungguhan pemerintah Indonesia
melaksanakan program-program yang diprasyaratkan IMF.
Sebagai perbandingan, Korea mendapat bantuan dana total
sebesar US$ 57 milyar untuk jangka waktu tiga tahun, di antaranya sebesar US$
21 milyar berasal dari IMF. Thailand
hanya memperoleh dana bantuan total sebesar US$ 17,2
milyar, di antaranya US$ 4 milyar dari IMF dan masing-masing US$ 0,5 milyar
berasal dari Indonesia dan Korea.
Karena dalam beberapa hal program-program yang
diprasyaratkan IMF oleh pihak Indonesia dirasakan berat dan tidak mungkin
dilaksanakan, maka dilakukanlah negosiasi
kedua yang menghasilkan persetujuan mengenai reformasi
ekonomi (letter of intent) yang ditanda-tangani pada tanggal 15 Januari 1998,
yang mengandung 50 butir.
Saran- saran IMF diharapkan akan mengembalikan
kepercayaan masyarakat dengan cepat dan kurs nilai tukar rupiah bisa menjadi
stabil (butir 17 persetujuan IMF 15 Januari 1998). Pokok-
pokok dari program IMF adalah sebagai berikut:
A. Kebijakan makro-ekonomi
- Kebijakan fiskal
- Kebijakan moneter dan nilai tukar
B. Restrukturisasi sektor keuangan
- Program restrukturisasi bank
- Memperkuat aspek hukum dan pengawasan untuk perbankan
C. Reformasi struktural
- Perdagangan luar negeri dan investasi
- Deregulasi dan swastanisasi
- Social safety net
- Lingkungan hidup.
Setelah pelaksanaan reformasi kedua ini kembali
menghadapi berbagai hambatan, maka diadakanlah negosiasi ulang yang
menghasilkan
supplementary memorandum pada tanggal 10
April 1998 yang terdiri atas 20
butir, 7
appendix dan satu matriks. Cakupan
memorandum ini lebih luas dari kedua persetujuan sebelumnya, dan aspek baru
yang masuk
adalah penyelesaian utang luar negeri perusahaan swasta
Indonesia. Jadwal pelaksanaan masing-masing program dirangkum dalam matriks
komitmen kebijakan struktural. Strategi
yang akan dilaksanakan adalah:
1. menstabilkan rupiah pada tingkat yang sesuai
dengan kekuatan ekonomi Indonesia;
2. memperkuat dan mempercepat restrukturisasi
sistim perbankan;
3. memperkuat implementasi reformasi
struktural untuk membangun ekonomi yang efisien dan berdaya saing;
4. menyusun kerangka untuk mengatasi masalah utang
perusahaan swasta;
5. kembalikan pembelanjaan perdagangan pada
keadaan yang normal, sehingga ekspor bisa bangkit kembali.
Ke tujuh appendix adalah masing-masing:
1. Kebijakan moneter dan suku bunga
2. Pembangunan sektor perbankan
3. Bantuan anggaran pemerintah untuk golongan
lemah
4. Reformasi BUMN dan swastanisasi
5. Reformasi struktural
6. Restrukturisasi utang swasta
7. Hukum Kebangkrutan dan reformasi yuridis.
Salam,
Sumber:
BMP Bisnis Internasional Edisi 1
https://www.kompasiana.com/silvanyrizqita/5c729a00ab12ae1b9e4a6a55/apa-peran-imf-dalam-ekonomi-internasional?page=all
https://www.bmeb-bi.org/index.php/BEMP/article/view/183/158
No comments:
Post a Comment