Tes substantif menangani 3 macam transaksi terkait aset tetap, yaitu:
(1) penambahan, (2) penghapusan, dan (3) perbaikan dan pemeliharaan.
1) Pencocokan Penambahan Aset Tetap
Semua penambahan utama harus didukung dokumentasi berupa formulir otorisasi yang tepat waktu (in the minutes), voucher, faktur, kontrak, dan cek yang dibatalkan. Jumlah yang dicatat harus cocok dengan dokumentasi pendukung (EO1). Jika ada banyak transaksi, pencocokan dapat dilakukan dengan dasar tes. Dalam melakukan tes, auditor harus memastikan bahwa pengakuan akuntansi yang tepat telah dilakukan pada kos pemasangan, pengiriman, dan kos sejenis. Untuk konstruksi yang
masih berjalan, auditor dapat meninjau kontrak dan dokumentasi yang mendukung kos konstruksi.
Ketika aset tetap diperoleh dengan sewa modal, kos properti dan kewajiban terkait harus dicatat pada nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum di masa depan (VA1). Akurasi penentuan nilai sekarang sewa klien harus dipastikan dengan penghitungan ulang. Pencocokan tambahan menyediakan bukti tentang keberadaan atau keterjadian (EO1), hak dan kewajiban (RO1), dan asersi penilaian dan alokasi (VA1).
2) Pencocokan Penghapusan Aset Tetap
Bukti penjualan, pembatalan, dan trade-in harus ada dalam bentuk perintah pengiriman uang kas, persetujuan tertulis, dan perjanjian penjualan. Dokumentasi tersebut harus diperiksa secara hati-hati untuk menentukan akurasi dan kepatutan pencatatan akuntansi, termasuk pengakuan untung atau rugi, jika ada. Prosedur-prosedur berikut juga berguna bagi auditor dalam menentukan apakah semua pembatalan telah dicatat (C2).
(a) Menganalisis berbagai macam akun pendapatan terkait penambahan dari penjualan aset tetap.
(b) Memeriksa pemindahan fasilitas terkait lini produksi dan operasi yang tidak dilanjutkan.
(c) Melacak pembatalan order pekerjaan dan otorisasi pembatalan terhadap pencatatan akuntansi.
(d) Meninjau peraturan asuransi untuk penghentian atau pengurangan penutupan.
(e) Membuat penyelidikan manajemen terkait pembatalan.
Bukti bahwa semua pembatalan atau penghapusan aset telah dicatat dengan benar terkait asersi keberadaan atau keterjadian (C2), hak dan kewajiban (RO1), dan asersi penilaian atau alokasi (VA3). Bukti yang mendukung validitas transaksi yang mengurangi saldo aset tetap berhubungan dengan asersi kelengkapan.
Akhirnya, bukti yang didapat ketika mengaudit penghapusan aset tetap dapat membantu dalam pengauditan biaya depresiasi. Rugi signifikan pada penghapusan aset dapat mengindikasikan bahwa estimasi depresiasi tidak cukup. Untung yang signifikan dapat mengindikasikan bahwa klien terlalu agresif dalam mendepresiasi aset (VA4, VA6).
3) Menelaah Jurnal Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan
Tujuan auditor dalam melakukan tes yang terakhir adalah untuk menentukan kepatutan dan konsistensi penagihan biaya perbaikan. Kepatutan meliputi pertimbangan apakah klien telah membuat pembedaan yang tepat antara pengeluaran pendapatan dan modal. Maka dari itu, auditor harus mengamati tiap-tiap tagihan untuk mengidentifikasi hal-hal material yang perlu dikapitalisasi. Untuk hal-hal tersebut, auditor harus menguji dokumentasi pendukung seperti faktur
vendor, order pekerjaan perusahaan, dan otorisasi manajemen untuk menentukan kepatutan tagihan atau kebutuhan akan jurnal penyesuaian (E03). Auditor juga harus memperhitungkan pengeluaran lain yang mungkin telah dikapitalisasi oleh entitas, seperti halnya kos sambungan (line costs) pada perusahaan telekomunikasi atau kapitalisasi kos bunga. Konsistensi mencakup penentuan apakah kriteria perusahaan dalam pembedaan antara modal dan pengeluaran sama dengan tahun sebelumnya. Tes substantif memberikan bukti penting asersi kelengkapan (C4) untuk aset tetap sebab tes tersebut seharusnya mampu menyingkap pengeluaran yang seharusnya dikapitalisasi. Menganalisis jurnal biaya perbaikan juga menghasilkan bukti tentang penilaian aset tetap. Sebagai tambahan, analitis dapat mengungkapkan kesalahan klasifikasi pada akun-akun yang terkait dengan asersi penyajian dan
pengungkapan (PD1, PD3).
No comments:
Post a Comment